Dipublish tanggal oleh Riani. Artikel ini telah dilihat sebanyak 94 kali
Mangupas Sejarah Masjid Agung Demak, Jawa Tengah - Dilansir dari sejarahmasjidagungdemak.com, Masjid Agung Demak merupakan masjid kuno dari kerajaan Demak. Kerajaan Demak muncul pada akhir masa kejayaan kerajaan Majapahit dan raja pertamanya yaitu Raden Fatah yang diangkat oleh Wali Sanga. Selain sebagai pusat pemerintahan, Demak juga merupakan pusat penyebaran agama Islam di pulau Jawa.
Masjid Agung Demak didirikan oleh Raden Fatah dan dibantu oleh Wali Sanga pada abad ke-15 Masehi. Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid Raya Demak terletak di Desa Kauman, Desa Bintoro, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah. Masjid Agung Demak terletak di alun-alun di pusat kota Demak yang ramai.
Menurut sejarah yang beredar di tanah air, Masjid Agung Demak pernah menjadi tempat berkumpulnya Wali Sanga yang dijadikan tempat untuk belajar agama Islam di Jawa.Raden Patah dengan Wali Sanga mendirikan masjid ini dengan memberikan gambar bulus(Labi-Labi) yang merupakan memet Candra Senggala dan Sarira Kiblat Sense Gusti. Secara filosofis, Bulus menjelaskan tahun pembangunan Masjid Agung Demak yaitu 1401 Saka. Banteng dengan kepala berarti 1, empat sayap berarti empat kaki, tubuh bersayap bulat berarti 0 dan ekor bersayap berarti 1. Bulus (labi-labi) sebenarnya telah menjadi simbol Masjid Agung Demak, karena berbagai pajangan menunjukkan bulus di dinding masjid.
Arsitektur Elegan Masjid Agung Demak
Dari segi arsitektur, Masjid Agung Demak memiliki ciri khas arsitektur tradisional, penuh makna, sederhana namun tetap menarik, indah, anggun dan asri. Bagian atas masjid ini berbentuk piramida bertingkat tiga dan merupakan simbol keimanan Islam, yaitu iman, Islam dan ihsan.Empat tiang utama masjid disebut Saka Tatal/Saka Guru dan dibangun langsung oleh Wali Sanga. Sunan Bonang membuat kutub barat daya, Sunan Gunung Jati membuat kutub tenggara, Sunan Apel membuat kutub tenggara, Sunan Kalijaga membuat kutub tenggara.
Tiang-tiang Masjid Agung Demak ditopang oleh delapan tiang yang disebut Saka Majapahit. Saka Majapahit merupakan hadiah dari Prabu Brawijaya V Raden Kertabumi kepada Raden Patah ketika menjadi Adipati Notoprojo dan Glagahwangi Bintoro, Demak pada tahun 1475 M.
Gerbang Masjid Agung Demak dikenal dengan sebutan Gerbang Bledheg karena dianggap sebagai gerbang yang mampu menahan petir. Pintu Ki Ageng Selo juga merupakan prasasti Candra Sengkala yang bertuliskan Nogo Mulat Sarira Wani, yang berarti tahun 1388 Saka atau 1466 Masehi.
Sumber : https://era.id/sejarah/59702/sejarah-singkat-masjid-agung-demak-dari-arsitektur-hingga-filosofi-bangunannya
https://masjidagungdemak.com/sejarah/